Suhu merupakan salah satu parameter fisika yang dapat menggambarkan kondisi suatu perairan. Suhu juga merupakan salah satu faktor oseanografi yang berperan penting dalam proses-proses fisika, kimia maupun biologi di laut seperti kelarutan karbon dioksida(CO2) dan oksigen (O2) dalam air dan migrasi berbagai organisme laut (Knauss, 1997;Laevastu dan Hayes, 1982). Suhu air laut berkaitan erat dengan sinar matahari yang diterima oleh permukaan air laut. Daerah-daerah yang menerima sinar matahari terbanyak adalah daerah yang berada pada lintang 00, oleh karena itu suhu air laut yang tertinggi ditemukan di daerah ekuator (Weyl, 1970). Selain sinar matahari, suhu air laut juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti presipitasi, evaporasi, dan kecepatan. Presipitasi melalui curah hujan dapat menurunkan suhu air laut, sedangkan evaporasi dapat meningkatkan suhu air laut.
Untuk lebih memahami variabilitas musiman suhu diperlukan data suhu dalam skala waktu yang panjang dan sesuai urutan waktu (time series). Data variabilitas suhu dapat diperoleh melalui pengukuran in situ, memanfaatkan data penginderaan jauh dari citra satelit dan menggunakan data hasil simulasi model numerik. Diantara ketiga metode tersebut, pengukuran suhu secara in situ dapat memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi perairan yang sesungguhnya.
Kajian tentang variabilitas suhu di perairan Selatan Jawa hingga Timor, berdasarkan data-data MODIS (Moderate-Resolution Imaging Spektroradiometer) bulanan level 3 dari satelit Aqua dan Terra, menunjukkan bahwa nilai suhu bervariasi menurut waktu (bulan). Mulai bulan Juni umumnya nilai suhu permukaan laut (SPL) semakin turun hingga mencapai SPL minimum pada bulan Agustus atau September (Kunarso et al., 2011).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pardede (2001), dengan menggunakan data SPL bulan Juni 1997 sampai Juni 2000 dari citra NOAA/AVHRR di perairan Bali, menunjukkan pola sebaran SPL berkisar 220C – 310C. Suhu rata-rata tahunan mengalami peningkatan pada tahun 1997 – 1998, yaitu dari suhu 27,170C menjadi 28,270C (peningkatan sebesar 1,100C). Pada tahun 1998 – 1999 suhu menurun kembali menjadi 27,580C, dan penurunan suhu berlanjut menjadi 26,420C pada tahun 2000. Suhu rata-rata bulanan yang rendah pada tahun 1997 merupakan akibat dari terjadinya gejala El Nino dan suhu tinggi pada tahun 1998 diduga merupakan akibat dari gejala La Nina.
Pengukuran suhu secara in situ dapat dilakukan dengan menggunakan perekam data (data logger). Data logger adalah suatu perangkat elektronik yang mampu menyimpan data dalam jangka waktu tertentu. Dengan dihubungkan pada sensor tertentu, alat ini akan menyimpan data secara time series. Sensor digunakan untuk mengkonversi besaran fisik menjadi sinyal listrik yang dapat diukur secara otomatis dan akhirnya dikirimkan ke mikroprosesor untuk pengolahan.
Berbagai macam sensor yang tersedia antara lain suhu, intensitas cahaya, kelembapan, curah hujan dan tekanan (Yulianto, 2011).Salah satu keuntungan menggunakan data logger adalah kemampuannya secara otomatis mengumpulkan data 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. Setelah diaktifkan, data logger digunakan dan ditinggalkan untuk mengukur dan merekam informasi selama periode pemantauan. Hal ini memungkinkan untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif tentang kondisi lingkungan yang dipantau (Yulianto, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan alat Onset HOBO U20 Water Level Logger U20-001-02 untuk merekam variabilitas musiman suhu di perairan Nusa Penida, Bali
Lokasi Penelitian
Pengukuran suhu secara in situ dilakukan di Crystal Bay, Nusa Penida, Bali (08042′ LS,115027′ BT)
Hasil Perekaman Onset® HOBO® Water Level Logger U20-001-02
Secara umum terlihat adanya tren kenaikan suhu, yang ditunjukkan dengan slope positif, sebesar ± 1,05C (Gambar 6). Dari Juni 2011 hingga Desember 2014 didapatkan 43 data suhu bulanan dengan nilai rata-rata sebesar 26,21C. Kajian sebelumnya dari Dahuri et al. (1996) menyebutkan bahwa SPL di perairan Indonesia berkisar antara 26C – 29C. Demikian juga kajian dari King (1963) menyebutkan bahwa posisi geografis perairan Indonesia yang dekat dengan ekuator mempengaruhi suhu perairannya yang cenderung hangat, SPL pada daerah tropis berkisar 27C – 29C.
Pada pengamatan data suhu selama kurun waktu satu tahun, terlihat adanya pola yang sama dan berulang pada pengamatan selama 3,5 tahun. Di tiap-tiap tahun terekam adanya kenaikan dan penurunan suhu di bulan-bulan tertentu. Pada bulan September hingga Oktober terekam adanya penurunan suhu yang cukup signifikan mencapai 23,90C pada 2011; 24,51C pada 2012; 25,38C pada 2013 dan 24,82C pada 2014. Sementara itu pada bulan Desember hingga Januari terekam adanya kenaikan suhumencapai 27,32C pada 2011; 27,49C pada 2012; 27,91C pada 2013 dan 27,69C pada 2014 (Gambar 7). Berdasarkan data tersebut dapat dianalisis bahwa terdapat variasi suhu musiman dengan nilai suhu minimum terjadi pada musim tenggara (September – Oktober) dan suhu maksimum terjadi pada musim barat laut (Desember – Januari).
KESIMPULAN
Alat Onset HOBO U20 Water Level Logger U20-001-02 dapat menggambarkan variabilitas musiman suhu di perairan Nusa Penida, Bali. Terdapat variasi bulanan dan variasi musiman pada data suhu yang terekam oleh alat Onset HOBO U20 Water Level Logger U20-001-02. Variasi musiman yang sangat kuat terlihat pada data suhu dengan suhu minimum pada bulan September yang mewakili musim tenggara dan suhu maksimum pada bulan Januari yang mewakili musim barat laut.